Sentra Layanan UT (SALUT) Butta Toa Bantaeng resmi hadir sebagai bagian dari Universitas Terbuka (UT) Makassar.
Prosesi peresmian SALUT ke-11 di lingkungan UT Makassar itu dilakukan oleh Rektor UT, Prof Ojat Darojat, M.Bus, Ph.D.
Rektor didampingi Direktur UT Makassar, Prof Dr H Abdul Rahman Rahim SE MM, Kasubag TU UT Makassar, Syafruddin, SE serta Pengelola SALUT Bantaeng, Drs Syamsuddin Patang
Pada peresmian SALUT ini juga turut hadir Pj Bupati Bantaeng diwakili Plt Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kemasyarakatan, Drs Muhammad Haris, M.Si, didampingi Kadis Pendidikan Bantaeng, Drs Muslimin, M.Si dan Kadis Kesehatan dr Andi Ihsan, M.Kes.
Kadis Infokom, Kapolres Bantaeng, Kodim Bantaeng, pengurus PD Muhammadiyah Bantaeng dan sejumlah tokoh masyarakat Bantaeng.
Rektor UT Prof Ojat dalam sambutannya mengatakan, UT didesain secara khusus, berbeda dengan perguruan tinggi lainnya.
UT didirikan bukan hanya melayani orang di kota besar, tapi juga melayani yang tinggal di puncak gunung dan di pulau terluar.”Jadi tidak boleh ada warga termarginalkan dan perkuliahan juga tidak boleh sama dengan PT konvensional.
Belajar tanpa perlu meninggalkan wilayahnya,” kata rektor.”Semua warga negara harus punya kesempatan untuk mendapatkan jenjang pendidikan tinggi,” tambahnya.
UT mendapatkan amanah sangat penting yang diberikan pemerintah pada UT 40 tahun yang lalu dan mandat itu terus dilaksanakan hingga saat ini.
Untuk melaksanakan mandat mulia ini, maka UT didesain secara berbeda.
Cara belajarnya tidak seperti perguruan tinggi lain yang belajarnya tatap muka.
UT cara belajarnya dilakukan dengan cara jarak jauh.
Karena itu, bagi mereka yang tinggal di puncak gunung, di pulau terluar di negeri ini tidak perlu meninggalkan domisilinya untuk kuliah.
Mereka masih bisa membantu orang tuanya bertani atau menangkap ikan di laut.
“Jadi anak petani masih bisa tetap membantu kekuatan ekonomi orang tuanya dan pada saat bersamaan mereka bisa menjadi sarjana, magister dan bahkan doktor,” ujarnya.
UT yang melaksanakan sistem belajar fleksibel tidak cukup untuk melaksanakan mandat tersebut, maka UT oleh pemerintah diharuskan agar biaya UKT/SPP tidak boleh mahal, harus bisa terjangkau.
Harus murah, tetapi tidak murahan.
Karena itu, kalau kita melihat SPP UT per SKS pada kisaran Rp 35 ribu per SKS atau paling mahal Rp 85 ribu untuk mata kuliah yang mengandung unsur praktikum.Bagi mereka yang mampu membeli paket semester yaitu hanya Rp 1,5 juta dengan rata-rata 24 SKS.
Untuk membantu masyarakat yang tidak mampu, UT juga menyiapkan beberapa beasiswa diantaranya KIP dari pemerintah, beasiswa berprestasi, beasiswa mitra UT dari lembaga perbankan. Pada tahun lalu, UT menyiapkan sebesar Rp 16 miliar untuk anggaran bagi beasiswa mahasiswa UT.
“Mudah-mudahan cara yang ditempuh ini dan dengan hadirnya SALUT di Bantaeng akan semakin mendekatkan layanan UT kepada masyarakat,” harap Prof Ojat.Dikatakan, di era digital ini, banyak orang mencari alternatif pendidikan yang fleksibel, berkualitas, dan terjangkau.
Universitas Terbuka (UT) hadir sebagai solusinya. sekaligus jawaban atas kebutuhan tersebut.UT merupakan satu-satunya Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Indonesia yang menerapkan sistem Pembelajaran Terbuka dan Jarak Jauh (PTJJ).
Sistem ini memungkinkan mahasiswa belajar kapan dan di mana pun menggunakan berbagai perangkat elektronik yang terhubung internet.Fleksibilitas ini menjadi daya tarik utama UT, terutama bagi para Gen Z dan milenial yang ingin menyeimbangkan pendidikan dengan aktivitas sosial lainnya.Direktur UT Makassar, Prof Abdul Rahman SE MM menambahkan, saat ini sudah hadir 11 SALUT di UT Makassar.
Dalam waktu dekat ini kembali akan hadir lagi SALUT ke-12 di Luwu Timur dan beberapa kabupaten lainnya juga akan segera menghadirkan SALUT.
Ditargetkan dua tahun ke depan semua kabupaten dan kota di Sulsel memiliki SALUT.Kehadiran SALUT itu akan menjadikan UT semakin dikenal dan populer di tengah masyarakat dan target 12 ribu mahasiswa untuk UT Makassar dapat dicapai.
Prof Rahman mengatakan, Bantaeng bukan daerah baru tapi Butta Toa bahkan lahir sebelum negeri ini dijajah. “Pendidikan tidak bisa ditinggalkan.
Tidak ada negara maju tanpa pendidikan, dan sekarang Rektor UT Prof Ojat terus mengembangkan teknologi pembelajaran,” ujar Prof Rahman.
Dia juga menyampaikan UT pernah dua tahun berturut-turut pada penerimaan tes CPNS alumni UT mampu bersaing dengan perguruan tinggi lainnya bahkan dapat mengungguli PTN lainnya dalam penerimaan CPNS.
Kepala SALUT Butta Toa Bantaeng Drs Syamsuddin Patang, dalam laporannya mengatakan, sejak 1991 sudah ada Pokjar dengan jumlah mahasiswa UT di Bantaeng 500 untuk tahun pertama.
Saat ini jumlah mahasiswa UT Bantaeng dan Jeneponto 268 dan kehadiran SALUT ini akan dapat mengembalikan kejayaan Bantaeng sebagai kota pendidikan.